Pelacuran telah menjelma menjadi sebuah hal yang sulit ditebak. Pergerakan mereka sangatlah dinamis seiring berkembangnya jaman. Ayam kampus adalah sebutan bagi mahasiswi yang punya "Double Job" menjadi pelacur di dunia kampus. Sepak terjang ayam kampus lebih susah ditebak dibanding dengan pelacur-pelacur yang biasa berjejer dikawasan prostitusi dan lokalisasi.
Bahkan jika diperhatikan penampilan dan kesehariannya dikampus, mereka terlihat sama dengan mahasiswi-mahasiswi lainnya. Pasar merekapun lebih modern dengan memanfaatkan dunia online dalam menjajakan kenikmatan seks mereka. Prostitusi dunia Online yang sangat terbuka menjadi ladang bagi ayam-ayam kampus menjajakan diri. Ada yang lewat Chat ataupun membuat Profil di Friendster agar si calon pemakai jasa persetubuhan mereka dapat langsung melihat foto maupun jati diri si ayam kampus.
Harga yang dipatok pun pasti lebih mahal dibanding dengan kupu-kupu malam didaerah pelacuran. Entah apa yang menjadi alasan utama beberapa mahasiswi memutuskan untuk terlibat di dunia pelacuran ini. Namun yang seringkali menjadi alasan adalah bahwa mereka harus membayar uang kuliah sendiri, kecewa dengan pacar ataupun korban pemerkosaan saat masih duduk di bangku sekolah dll. Isi tasnya tidak lupa selalu ada kondom dengan berbagai bentuk dan merek agar dapat setiap saat mampu melayani langganan bookingan yang hadir menghampirinya. Ada Ayam kampus yang mencari langganan sendiri maupun melalui jasa ke pihak ke-3 atau lewat perantara.
Harga untuk setiap bookingan ayam kampus bermacam-macam tergantung dimana dia menuntut ilmu. Ayam kampus dari universitas yang terkenal pasti lebih mahal jika di banding dengan kampus swasta yang biasa2 aja. Namun itu semua tergantung dari cara ayam kampus itu memuaskan pelanggannya. Semakin ayam kampus itu memberikan servis yang memuaskan maka, namnya akan semakin melambung seiring harganya yang juga melambung tinggi.
Kalau mau jujur, ayam kampus ada di setiap kampus di Indonesia. Inilah fenomena yang harus kita cermati bersama. Jangan sampai tingkat pendidikan tertinggi kita itu menjadi layaknya lokalisasi pelacuran. Peningkatan sistem keamanan dan monitoring harus dilakukan oleh setiap kampus di Indonesia agar kualitas pendidikan kita semakin bersaing.
Ada banyak hal yang harus kita lakukan sebagai beban moral untuk mahasiswi-mahasiswi yang masuk kejurang pelacuran ini. Jangan pandang mereka sebagai seorang pesakitan, namun ke arifan kita untuk memberikan sebuah solusi terbaik bagi merekalah yang diperlukan. Kiranya gambaran ini semua dapat membuka cakrawala berfikir kita mengenai fenomena ayam kampus di dunia kampus Indonesia.
Bahkan jika diperhatikan penampilan dan kesehariannya dikampus, mereka terlihat sama dengan mahasiswi-mahasiswi lainnya. Pasar merekapun lebih modern dengan memanfaatkan dunia online dalam menjajakan kenikmatan seks mereka. Prostitusi dunia Online yang sangat terbuka menjadi ladang bagi ayam-ayam kampus menjajakan diri. Ada yang lewat Chat ataupun membuat Profil di Friendster agar si calon pemakai jasa persetubuhan mereka dapat langsung melihat foto maupun jati diri si ayam kampus.
Harga yang dipatok pun pasti lebih mahal dibanding dengan kupu-kupu malam didaerah pelacuran. Entah apa yang menjadi alasan utama beberapa mahasiswi memutuskan untuk terlibat di dunia pelacuran ini. Namun yang seringkali menjadi alasan adalah bahwa mereka harus membayar uang kuliah sendiri, kecewa dengan pacar ataupun korban pemerkosaan saat masih duduk di bangku sekolah dll. Isi tasnya tidak lupa selalu ada kondom dengan berbagai bentuk dan merek agar dapat setiap saat mampu melayani langganan bookingan yang hadir menghampirinya. Ada Ayam kampus yang mencari langganan sendiri maupun melalui jasa ke pihak ke-3 atau lewat perantara.
Harga untuk setiap bookingan ayam kampus bermacam-macam tergantung dimana dia menuntut ilmu. Ayam kampus dari universitas yang terkenal pasti lebih mahal jika di banding dengan kampus swasta yang biasa2 aja. Namun itu semua tergantung dari cara ayam kampus itu memuaskan pelanggannya. Semakin ayam kampus itu memberikan servis yang memuaskan maka, namnya akan semakin melambung seiring harganya yang juga melambung tinggi.
Kalau mau jujur, ayam kampus ada di setiap kampus di Indonesia. Inilah fenomena yang harus kita cermati bersama. Jangan sampai tingkat pendidikan tertinggi kita itu menjadi layaknya lokalisasi pelacuran. Peningkatan sistem keamanan dan monitoring harus dilakukan oleh setiap kampus di Indonesia agar kualitas pendidikan kita semakin bersaing.
Ada banyak hal yang harus kita lakukan sebagai beban moral untuk mahasiswi-mahasiswi yang masuk kejurang pelacuran ini. Jangan pandang mereka sebagai seorang pesakitan, namun ke arifan kita untuk memberikan sebuah solusi terbaik bagi merekalah yang diperlukan. Kiranya gambaran ini semua dapat membuka cakrawala berfikir kita mengenai fenomena ayam kampus di dunia kampus Indonesia.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar